Senin, 27 Februari 2012

Lagi, Longsor Satu Tewas


BOGOR–Bencana alam tak henti-hentinya melanda Kota Bogor. Pasca melayangnya satu nyawa akibat longsor beberapa waktu lalu, Kota Bogor kembali berduka setelah sepuluh rumah di pemukiman padat penduduk di Kampung Padasuka, RT 04/12, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, longsor, ke­marin.

Seorang anak baru gede (ABG), Rizki Sugih (14) mengalami luka berat di bagian dada akibat tertimbun material bangunan, sementara Fatimah atau Eweng (68) tertimbun reruntuhan rumah. Hingga berita ini diturun­kan, nenek yang diketahui men­derita stroke tersebut masih dalam pencarian Tim SAR Gabungan.

Peristiwa nahas ter­sebut terjadi sekitar pukul 08:15. Saat itu puluhan warga Kampung Padasuka sedang asyik menikmati liburan dengan berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga di rumah mereka masing-masing. Tak lama berselang, tiba-tiba lantai rumah mereka bergetar. Sontak, puluhan warga yang saat itu sedang berada di dalam rumah, histeris dan langsung keluar untuk menyela­matkan diri.

Getaran bak gempa yang berlang­sung tak kurang dari sepuluh menit itu pun seketika menerjang deretan rumah di RT 04/12. Beruntung, sebagian besar warga selamat dari maut dan hanya mengalami shock serta luka-luka ringan.

Namun nahas bagi Fatimah atau Eweng. Nenek lanjut usia itu tak mampu menyelamatkan nyawanya dari terjangan reruntuhan dinding rumah.

Bencana ini pun membuat ratusan warga sekitar histeris. Dalam hitu­ngan menit, tak kurang dari 500 warga Kecamatan Bogor Tengah datang ke lokasi guna mengetahui kondisi sebenarnya. Insiden tragis ini pun seketika menggegerkan Kota Bogor. Sedikitnya 250 personel Tim SAR Gabungan dari TNI, Polri dan Tagana serta para relawan Bogor, terjun ke lokasi guna membantu proses evakuasi para korban selamat.

Informasi yang dihimpun dari beberapa korban selamat, longsor sebenarnya sudah dirasakan sejak Sabtu (25/2) malam. Salah seorang korban selamat, Pujiyanto (64) me­ngatakan, malam sebelum keja­dian, ia mendapati tembok bagian belakang rumahnya retak. Men­dapati kondisi itu, ia pun sempat kaget, terlebih pada pagi harinya keretakan itu semakin melebar.

“Waktu saya sedang lihat-lihat retakan itu, tiba-tiba halaman belakang runtuh. Saya langsung lari ke depan,” jelasnya saat ditemui Radar Bogor, kemarin.

Rumah Pujiyanto merupakan salah satu bagian dari deretan lima rumah yang runtuh dan menjadi pusat longsor. Empat rumah lain yang berada dalam deretan longsor tersebut di antaranya rumah milik Cici (40), Raisan (45), Ko Iyong (55) dan Epon (47). Keempat rumah itu berada di atas tebing setinggi delapan meter dan telah dibangun tembok penahan tanah di sekitar bangunan.

Akan tetapi, tembok ternyata tak mampu menahan beban empat rumah yang telah retak sebelumnya. Tebing itu pun ambruk dan menerjang sedikitnya lima rumah di bawahnya. Kelima bangunan rumah yang merupakan warisan Keluarga Gebro itu dihuni lima kepala keluarga (KK) yakni Maskar (42), Aming (49), Dede Sunarya (36), Andri Sumantri (25), serta pengontrak (penjual roti, red). Beruntung, penghuni rumah yang berjumlah lebih dari sepuluh jiwa ini berhasil menyelamatkan diri. Hanya Fatimah yang tak mampu melarikan diri karena mengalami stroke ringan.

Pihak keluarga korban bercerita bahwa saat kejadian, nenek yang hingga kini belum diketahui keberadaannya itu sedang menikmati sarapan bubur di rumah adik kandungnya, Maskar (42). ¨Si teteh lagi makan bubur dan minum segelas teh manis hangat. Tepat di depan meja dagangan saya. Pas itu, langsung aja tiba-tiba bangunan ambruk,” ungkap Nining (40), adik ipar korban.

Senada dengan korban selamat lainnya, Nining juga membeberkan, sebelum bangunan ambruk, malam harinya ia mendengar batu besar jatuh tepat di teras rumahnya. Paginya, sebelum longsor datang, ia bersama sang suami mendengar suara gemuruh. Setelah diperiksa, ternyata suara tersebut berasal dari longsor bahan material bercampur tanah merah dan lumpur yang jatuh di pintu rumah.

“Saat kejadian posisi saya ada di dalam rumah lagi makan bersama anak dan suami. Tidak lama dengar suara gemuruh, secepatnya saya keluar. Pas liat ternyata sudah banyak puing bangunan serta tanah yang menutup pintu rumah, kami keluar lewat pintu samping,” jelasnya

Seorang korban selamat lainnya, Andri Sumantri (25) mengatakan, longsoran tanah bercampur runtuhan rumah itu terjadi dua kali. Longsoran tanah dan tembok penahan menimpa bagian depan rumahnya. Tak lama berselang, giliran potongan bangunan menimpa sebagian besar rumahnya. “Saya sedang tidur di kamar. Waktu dengar gemuruh pertama, saya terbangun. Lalu tiba-tiba rumah saya sudah hancur,” ujarnya.

Satu korban yang kini mengalami luka berat dan dievakuasi di rumah saudaranya, Rizki Sugih (14) menjelaskan, sebelum longsor terdengar suara batu yang berjatuhan. “Saat kejadian saya ada di depan pintu. Saya kaget dengar suara batu, lalu saya loncat ke kamar dan langsung longsor. Setelah itu saya tertimbun di kamar dan dada saya kena balok. Lalu, saya keluar lewat atap dibantu kakak,” imbuhnya.

Sementara itu, Tim SAR Gabungan bersama Pemkot Bogor yang terjun ke lokasi membangun posko peduli di Kantor Kelurahan Gudang, 500 meter dari lokasi longsor.

Minimnya personel dan peralatan membuat evakuasi dan pencarian jasad Fatimah mengalami kendala. Terlebih, huja deras mengguyur Bogor dari pagi hingga sore. “Medannya cukup sulit, tanahnya labil ditambah masih ada pergerakan bangunan. Kami khawatir akan mengenai petugas yang sedang mengevakuasi,” ungkap Koordinator Tim Evakuasi Dinas Wasbangkim Kota Bogor, Erna W kepada Radar Bogor, kemarin.

Erna juga mengatakan, tak kurang dari seratus personel Tagana diterjunkan untuk membantu proses evakuasi. Namun, kondisi medan yang sulit dijamah membuat evakuasi mengalami kesulitan. “Cukup dilematis. Sangat riskan jika kami paksakan evakuasi korban. Bangunan masih terus bergerak. Maka kita mencoba berbagai upaya agar tidak ada korban lainnya,” tambahnya.

Sementara itu, Dandim 061/ Suryakancana, Letkol Kav Sinyo mengatakan, petugas SAR gabungan yang diterjunkan terdiri atas Damkar, Tagana, Polisi dan TNI. Hingga pukul 15:00, pihaknya sudah beberapa kali melakukan upaya evakuasi, namun masih belum berhasil mengangkat jasad korban karena kondisi bangunan masih labil.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk memasang garis polisi di sekitar rumah yang terkenal longsor dan menghalau warga yang datang untuk tidak mendekati lokasi.

“Kami mengimbau warga untuk tidak berada di lokasi kejadian. Karena jika makin banyak beban, khawatir bangunan makin bergeser,” katanya.

Sulitnya pencarian inilah yang pada akhirnya membuat personel evakuasi ditambah. Tak kurang dari satu pleton atau 30 personel Brimob Pelopor II Kedunghalang diterjunkan. Sekitar pukul 15:45, evakuasi secara manual dilakukan menggunakan tambang khusus milik Kesatuan Brimob. Namun, hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi belum menemui hasil lantaran terbentur hujan deras. “Pencarian kita lanjutkan besok,” jelas Sinyo.(yus/cr4/cr6)

Sumber : Radar Bogor

Comments :

0 komentar to “Lagi, Longsor Satu Tewas”

 

Copyright © 2009 by Pos Komando Pengendali