Selasa, 28 Februari 2012

Warga Hanyut di Sungai Babakan Madang Bogor

KBRN, Bogor : Nasib naas diterima seorang warga bernama Samsudin (45 thn), warga Jonggol yang terbawa hanyut di Bojong Koneng Gunung Batu, Kec Babakan Madang, Bogor, atau disekitar Curug Luhur. Saat kejadian korban diketahui baru pulang menghadiri tahlilan.

Berdasarkan Informasi yang berhasil dihimpun, korban hanyut terbawa air saat akan menyebrangi sebuah sungai selebar meter, bersama lima orang temannya. Tetapi naas, saat akan menyebrang, sungai seluas 3 meter itu Ia terpeleset, karena keadaan sedang hujan deras dan air sudah meluap.
Salah seorang Tim SAR Polmas Bogor Raya, Buyur menjelaskan sampai saat ini Tim SAR gabungan masih bersama mencari korban, dengan menyisir sungai untuk mencari korban.

"Masih dilakukan pencarian, sementara dilokasi awal, karena cuaca masih hujan, dan keadaan sudah gelap," jelasnya, Minggu (26/2) malam .

Hingga berita ini disusun, jenazah korban masih belum diketemukan, sedangkan ke empat orang lainnya, berhasil diselamatkan, namun untuk saat ini belum bisa dimintai keterangan karena masih shock. (Sonni/DS/HF)
(Editor : Heri Firmansyah)

Sumber : RRI.CO.ID
Baca Selanjutnya ...

Senin, 27 Februari 2012

Lagi, Longsor Satu Tewas


BOGOR–Bencana alam tak henti-hentinya melanda Kota Bogor. Pasca melayangnya satu nyawa akibat longsor beberapa waktu lalu, Kota Bogor kembali berduka setelah sepuluh rumah di pemukiman padat penduduk di Kampung Padasuka, RT 04/12, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, longsor, ke­marin.

Seorang anak baru gede (ABG), Rizki Sugih (14) mengalami luka berat di bagian dada akibat tertimbun material bangunan, sementara Fatimah atau Eweng (68) tertimbun reruntuhan rumah. Hingga berita ini diturun­kan, nenek yang diketahui men­derita stroke tersebut masih dalam pencarian Tim SAR Gabungan.

Peristiwa nahas ter­sebut terjadi sekitar pukul 08:15. Saat itu puluhan warga Kampung Padasuka sedang asyik menikmati liburan dengan berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga di rumah mereka masing-masing. Tak lama berselang, tiba-tiba lantai rumah mereka bergetar. Sontak, puluhan warga yang saat itu sedang berada di dalam rumah, histeris dan langsung keluar untuk menyela­matkan diri.

Getaran bak gempa yang berlang­sung tak kurang dari sepuluh menit itu pun seketika menerjang deretan rumah di RT 04/12. Beruntung, sebagian besar warga selamat dari maut dan hanya mengalami shock serta luka-luka ringan.

Namun nahas bagi Fatimah atau Eweng. Nenek lanjut usia itu tak mampu menyelamatkan nyawanya dari terjangan reruntuhan dinding rumah.

Bencana ini pun membuat ratusan warga sekitar histeris. Dalam hitu­ngan menit, tak kurang dari 500 warga Kecamatan Bogor Tengah datang ke lokasi guna mengetahui kondisi sebenarnya. Insiden tragis ini pun seketika menggegerkan Kota Bogor. Sedikitnya 250 personel Tim SAR Gabungan dari TNI, Polri dan Tagana serta para relawan Bogor, terjun ke lokasi guna membantu proses evakuasi para korban selamat.

Informasi yang dihimpun dari beberapa korban selamat, longsor sebenarnya sudah dirasakan sejak Sabtu (25/2) malam. Salah seorang korban selamat, Pujiyanto (64) me­ngatakan, malam sebelum keja­dian, ia mendapati tembok bagian belakang rumahnya retak. Men­dapati kondisi itu, ia pun sempat kaget, terlebih pada pagi harinya keretakan itu semakin melebar.

“Waktu saya sedang lihat-lihat retakan itu, tiba-tiba halaman belakang runtuh. Saya langsung lari ke depan,” jelasnya saat ditemui Radar Bogor, kemarin.

Rumah Pujiyanto merupakan salah satu bagian dari deretan lima rumah yang runtuh dan menjadi pusat longsor. Empat rumah lain yang berada dalam deretan longsor tersebut di antaranya rumah milik Cici (40), Raisan (45), Ko Iyong (55) dan Epon (47). Keempat rumah itu berada di atas tebing setinggi delapan meter dan telah dibangun tembok penahan tanah di sekitar bangunan.

Akan tetapi, tembok ternyata tak mampu menahan beban empat rumah yang telah retak sebelumnya. Tebing itu pun ambruk dan menerjang sedikitnya lima rumah di bawahnya. Kelima bangunan rumah yang merupakan warisan Keluarga Gebro itu dihuni lima kepala keluarga (KK) yakni Maskar (42), Aming (49), Dede Sunarya (36), Andri Sumantri (25), serta pengontrak (penjual roti, red). Beruntung, penghuni rumah yang berjumlah lebih dari sepuluh jiwa ini berhasil menyelamatkan diri. Hanya Fatimah yang tak mampu melarikan diri karena mengalami stroke ringan.

Pihak keluarga korban bercerita bahwa saat kejadian, nenek yang hingga kini belum diketahui keberadaannya itu sedang menikmati sarapan bubur di rumah adik kandungnya, Maskar (42). ¨Si teteh lagi makan bubur dan minum segelas teh manis hangat. Tepat di depan meja dagangan saya. Pas itu, langsung aja tiba-tiba bangunan ambruk,” ungkap Nining (40), adik ipar korban.

Senada dengan korban selamat lainnya, Nining juga membeberkan, sebelum bangunan ambruk, malam harinya ia mendengar batu besar jatuh tepat di teras rumahnya. Paginya, sebelum longsor datang, ia bersama sang suami mendengar suara gemuruh. Setelah diperiksa, ternyata suara tersebut berasal dari longsor bahan material bercampur tanah merah dan lumpur yang jatuh di pintu rumah.

“Saat kejadian posisi saya ada di dalam rumah lagi makan bersama anak dan suami. Tidak lama dengar suara gemuruh, secepatnya saya keluar. Pas liat ternyata sudah banyak puing bangunan serta tanah yang menutup pintu rumah, kami keluar lewat pintu samping,” jelasnya

Seorang korban selamat lainnya, Andri Sumantri (25) mengatakan, longsoran tanah bercampur runtuhan rumah itu terjadi dua kali. Longsoran tanah dan tembok penahan menimpa bagian depan rumahnya. Tak lama berselang, giliran potongan bangunan menimpa sebagian besar rumahnya. “Saya sedang tidur di kamar. Waktu dengar gemuruh pertama, saya terbangun. Lalu tiba-tiba rumah saya sudah hancur,” ujarnya.

Satu korban yang kini mengalami luka berat dan dievakuasi di rumah saudaranya, Rizki Sugih (14) menjelaskan, sebelum longsor terdengar suara batu yang berjatuhan. “Saat kejadian saya ada di depan pintu. Saya kaget dengar suara batu, lalu saya loncat ke kamar dan langsung longsor. Setelah itu saya tertimbun di kamar dan dada saya kena balok. Lalu, saya keluar lewat atap dibantu kakak,” imbuhnya.

Sementara itu, Tim SAR Gabungan bersama Pemkot Bogor yang terjun ke lokasi membangun posko peduli di Kantor Kelurahan Gudang, 500 meter dari lokasi longsor.

Minimnya personel dan peralatan membuat evakuasi dan pencarian jasad Fatimah mengalami kendala. Terlebih, huja deras mengguyur Bogor dari pagi hingga sore. “Medannya cukup sulit, tanahnya labil ditambah masih ada pergerakan bangunan. Kami khawatir akan mengenai petugas yang sedang mengevakuasi,” ungkap Koordinator Tim Evakuasi Dinas Wasbangkim Kota Bogor, Erna W kepada Radar Bogor, kemarin.

Erna juga mengatakan, tak kurang dari seratus personel Tagana diterjunkan untuk membantu proses evakuasi. Namun, kondisi medan yang sulit dijamah membuat evakuasi mengalami kesulitan. “Cukup dilematis. Sangat riskan jika kami paksakan evakuasi korban. Bangunan masih terus bergerak. Maka kita mencoba berbagai upaya agar tidak ada korban lainnya,” tambahnya.

Sementara itu, Dandim 061/ Suryakancana, Letkol Kav Sinyo mengatakan, petugas SAR gabungan yang diterjunkan terdiri atas Damkar, Tagana, Polisi dan TNI. Hingga pukul 15:00, pihaknya sudah beberapa kali melakukan upaya evakuasi, namun masih belum berhasil mengangkat jasad korban karena kondisi bangunan masih labil.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk memasang garis polisi di sekitar rumah yang terkenal longsor dan menghalau warga yang datang untuk tidak mendekati lokasi.

“Kami mengimbau warga untuk tidak berada di lokasi kejadian. Karena jika makin banyak beban, khawatir bangunan makin bergeser,” katanya.

Sulitnya pencarian inilah yang pada akhirnya membuat personel evakuasi ditambah. Tak kurang dari satu pleton atau 30 personel Brimob Pelopor II Kedunghalang diterjunkan. Sekitar pukul 15:45, evakuasi secara manual dilakukan menggunakan tambang khusus milik Kesatuan Brimob. Namun, hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi belum menemui hasil lantaran terbentur hujan deras. “Pencarian kita lanjutkan besok,” jelas Sinyo.(yus/cr4/cr6)

Sumber : Radar Bogor
Baca Selanjutnya ...

Rumah Ambruk, Jalanan Putus


BOGOR–Hujan deras yang mengguyur Bogor selama dua hari terakhir telah menelan korban jiwa. Beberapa rumah juga ambruk diterjang longsor dan membuat akses jalan terputus. Puluhan rumah pun terendam banjir.

Pada Rabu (22/2), dua rumah di Kecamatan Bogor Selatan tertimbun longsor. Dua rumah itu masing-masing milik Uca Juhari (61) di Kampung Bumiasih, RT 02/09, Kelurahan Cipaku, dan rumah milik Suherman (40) di Kampung Warungsari, RT 02/01, Kelurahan Pamoyanan.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, tapi kerugian materiil diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.

Sementara itu, longsor di Kampung Lebakkantin, Kecamatan Bogor Tengah, menyebabkan seorang warga, Aryadi (78), tewas terkubur.

Selain menerjang rumah penduduk, longsor menyebabkan jalanan di Gang Masjid, Kampung Gadog, RT 03/04, Kelurahan Pakuan, Kecamatan Bogor Selatan, hancur. Jalan sepanjang 25 meter dan lebar tiga meter itu hancur dan tidak bisa dilintasi.

Longsor juga terjadi di Jalan Sudirman, tepatnya di samping RS Salak, Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun hingga kini longsoran tanah masih mengancam puluhan rumah yang berada di bawahnya.

Selain longsor, hujan deras menyebabkan banjir di sejumlah titik. Jalan-jalan pun tergenang air akibat drainase yang sangat buruk, termasuk di Jalan Abdullah bin Nuh dan Sholeh Iskandar. Bahkan, air yang mengalir di jalanan masuk ke rumah-rumah penduduk dan kios pedagang.

Sekdakot Bogor, Bambang Gunawan mengatakan, masyarakat harus lebih waspada selama musim hujan, terutama bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana. “Ini harus diwaspadai seluruh penghuni rumah yang berdiam di sepanjang sungai. Kondisi tanah memang labil. Kami minta lebih waspada saat hujan deras,” tutur Bambang saat menyaksikan evakuasi reruntuhan tanah di Jalan Sudirman, kemarin.

Tamansari Dilanda Banjir
Sementara itu, banjir lumpur dan sampah melanda dua kampung di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Kedua lokasi itu yakni Kampung Buniaga, RT 04/05, Desa Sukaresmi, dan Kampung Jami, RT 01/11, Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari.

Di Kampung Buniaga, sekitar 13 rumah dilanda banjir lantaran gorong-gorong di Vihara Saung Paramita tersumbat. Akibatnya, tumpukan sampah menggenang ke beberapa titik rumah warga.

Sementara di Kampung Jami, tak kurang dari tiga hektare lahan milik PT Prima Mustika terendam banjir sedalam satu meter. Genangan air bercampur lumpur itu mengalir ke areal pemukiman warga.

“Seharian tadi sudah kita lakukan penanganan. Evakuasi dan pembersihan saluran sudah kita lakukan. Hanya lumpur yang masih belum tertangani,” ungkap Kapolsek Tamansari, Iptu Ade Suhendi kepada Radar Bogor, kemarin.

Kawasan Puncak Siaga Satu
Hal serupa terjadi di kawasan Puncak. Hujan deras yang mengguyur sejak Rabu (22/2) sore mengakibatkan longsor. Rumah milik seorang Janda, Juju (55), warga Kampung Sukamaju, RT 02/05, Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, nyaris ambruk akibat terjangan tanah. “ Kejadiannya sekitar pukul 21:00 malam, kami sekeluarga sedang berkumpul di ruang tengah, tiba-tiba terdengar suara dentuman yang sangat keras, dibarengi rubuhnya bagian dapur dan kamar mandi,” ucap Juju saat ditemui di kediamannya.

Tiga Desa di Sukaraja Terisolir
Lain di Puncak, lain lagi di Sukaraja. Hujan deras selamam kemarin juga menyebabkan Jalan Sukarajakaum, RT 01/07, Desa Sukaraja, ambrol. Jalan yang merupakan salah satu akses penghubung tiga desa di Kecamatan Sukaraja yakni Desa Sukaraja, Cadasngampar dan Pasirlaja itu ambrol dan menyebabkan akses warga tertutup dan terisolir.

Jalan yang menghubungkan tiga desa di dua kecamatan itu terputus. Bahu jalan sepanjang 20 meter dengan ketinggian 15 meter ambrol ke Kali Baru. Warga yang melewati itu harus memutar lebih jauh atau sekitar dua kilometer.

Informasi yang dihimpun, peristiwa ambruknya median jalan tersebut terjadi sekitar pukul 20:30 saat hujan deras mengguyur wilayah Bogor. Warga yang tinggal di sekitar lokasi mendengar suara gemuruh yang sangat kencang dibarengi ambruknya jalan dan pohon bambu.

“Saat itu, saya sedang berada di dalam rumah. Saat mendengar suara gemuruh, saya kemudian langung keluar rumah dan melihat jalan di depan rumah ambrol ke Kali Baru,” terang Ade Bule (42), warga yang tinggal persis di depan lokasi longsor.

Setelah kejadian itu, ia bersama warga lain yang mendengar kejadian itu segera keluar dan menutup jalan tersebut.

Akibatnya, akses jalan menuju beberapa desa, di antaranya Sukaraja, Cadasngampar, Cipam­buan dan Pasirlaja terputus, sehingga warga harus memutar lebih jauh. “Karena rawan longsor dan takut memakan korban jiwa, akhirnya badan jalan yang ambrol ini langung dibatasi dengan tembok beton oleh staf Dinas Bina Marga dan Pengairan,” terangnya.

Sementara itu, Kasi Trantib Keca­matan Sukaraja, Jufli Fahlana mengatakan, saat air bah datang, jalan tersebut ambrol karena tanahnya gembur. “Dari informasi warga, ja­lan itu sudah terlihat ada retakan dan pergeseran karena tanahnya gem­bur dan terus terkikis aliran Kali Baru,” terangnya. (yus/cr2/cr1/sdk)

Sumber : Radar Bogor
Baca Selanjutnya ...

Minggu, 26 Februari 2012

Dua jasad terakhir Diketemukan

BOGOR–Dua jasad terakhir, Zahra Zalyanti (7) dan Dini Novianti (10), korban jembatan ambruk di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, ditemukan Tim SAR Gabungan, kemarin. Dengan demikian, seluruh korban hanyut yang berjumlah delapan orang itu telah ditemuan. Kedelapan korban tewas itu yakni Ummamah (45), Septiana Rizki Alam­syah (10), Maesaroh (9), Nur Fajar Maulinda (9), Reska Lismanda (10), Rafi Saputra(6), Zahra Zalyanti (7) dan Dini Novianti (10).

Jasad Dini ditemukan sekitar pukul 10:30 oleh anggota SAR Basarnas dan Tagana di belakang PT Tifiko Kebon Nanas, Hulu Sungai Muara Tanjung Burung, Kecamatan Pakuhaji, Tangerang, atau sekitar 60 kilometer dari lokasi Jembatan Cidua.
Saat ditemukan, kondisi korban sulit diidentifikasi karena sudah hancur. Beberapa organ tubuh sudah membiru dan sulit dikenali. Jasad bocah berjenis kelamin perempuan tersebut memakai celana berwarna krem. Setelah dievakuasi, jasad kemudian dibawa ke RSUD Tangerang.

“Kondisinya sudah rusak, mata sudah tidak ada, rambut juga sudah habis, kulit mulai mengelupas dan bengkak. Kami melihat dari jenis pakaian dalam yang digunakan seperti perempuan,” ungkap Koor­dinator Tim SAR, Budi Ak­somo kepada Radar Bogor, kemarin.

Satu jam berselang, tepatnya sekitar pukul 11:30, Tim SAR berhasil menemukan jenazah yang diduga Zahra. Jasad bocah berjenis kelamin perempuan itu ditemukan di hulu Sungai Cisadane, Panung­gangan Barat, Kelurahan Tanjung Burung, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, atau sekitar 70 kilometer dari lokasi Jembatan Cidua. Saat ditemukan, kondisinya juga sudah hancur dan sulit dikenali. Pada tubuh bocah itu ditemukan gelang di tangan sebelah kanan dan memakai baju kuning.

“Kondisi tubuh sudah rusak, dari model pakaiannya diperkirakan perempuan,” ungkap Budi.

Setelah dievakuasi, jasad kedua ini pun langsung dibawa ke RSUD Tangerang untuk diotopsi. Iden­tifikasi dan pengenalan jasad sempat menemui kesulitan. Kondisi jasad yang sudah tak berbentuk membuat Tim Forensik RSUD Tangerang sempat kebi­ngungan.

“Kami sudah mengirimkan anggota beserta dua keluarga korban dan saksi-saksi untuk memastikan apakah ini salah seorang dari delapan korban,” beber Budi.

Akhirnya sekitar pukul 13:00, pihak keluarga korban bersama Tim Forensik RSUD Leuwiliang menjemput jasad kedua gadis tersebut ke RSUD Tangerang.

Humas Badan SAR Nasinonal (Basarnas) Jakarta, Ramli Prasetyo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan identitas kedua jasad tersebut apakah Dini ataupun Zahra. Tetapi, kata dia, ciri-cirinya mem­punyai kemiripan dengan anak berumur sepuluh dan enam tahun.

“Jenazah ditemukan sudah tidak memakai pakaian, hanya celana dalam perempuan,” katanya.
Dia juga mengatakan, dalam proses pencarian hari kelima kemarin, Tim SAR menerjunkan 51 personel yang tergabung dari Tim SAR, Tagana Kota Tangerang, Basarnas, PMI dan Mapala Universitas Syekh Yusuf Tangerang. Penyisiran dilakukan dari hulu hingga muara Sungai Cisadane. Pada pencarian hari kelima ini, tim cukup kesulitan menemukan korban karena aliran Sungai Cisadane beberapa hari terakhir cukup deras akibat hujan. “Debit air meningkat saat hujan, sehingga menyulitkan pencarian,” jelasnya. (yus)
Baca Selanjutnya ...

Rabu, 22 Februari 2012

Pencarian Korban Hanyut Hari Ke 3


BOGOR–Jerih payah Tim SAR Gabungan untuk menemukan seluruh jasad korban hanyut dalam insiden ambruknya Jembatan Cidua di Kampung Pabuarankaum, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, kembali menuai hasil, kemarin.

Kemarin, Tim SAR berhasil menemukan jasad Nur Fajar Mau­linda (9) dan Reska Lismanda (10). Tercatat selama tiga hari pencarian sejak Minggu (19/2), sudah ada lima jasad yang berhasil ditemukan, di antaranya jenazah Ummamah (45), Septiana Rizki Alamsyah (10), Maesaroh (9), Nur Fajar Maulinda (9) dan Reska Lismanda (10). Sementara, tiga jasad korban lainnya yakni Rafi Saputra (6), Zahra Zalyanti (7), Dini Novianti (10) hingga kini masih dalam pencarian.

Jasad Nur Fajar Maulinda atau Ajay ditemukan sekitar pukul 06:00 di Kampung Gunungleutik, atau sekitar dua kilometer dari lokasi awal, tak jauh dari lokasi penemuan jasad Ummamah. Jasad siswi kelas lima MI itu ditemukan pertama kali oleh warga sekitar, Rohdi (37) yang saat itu hendak mandi.

Saat ditemukan, bocah berpera­wakan gempal semasa hidupnya itu sudah membengkak dan penuh luka di beberapa anggota tubuh. “Saya mau mandi di Kali Cihideung. Saya lihat kayak ada boneka mengambang nyangkut di batu. Pas saya lihat, ternyata mayat anak kecil. Saya tidak jadi mandi dan langsung panggil warga,” tutur Rohdi, kemarin.

Setelah dievakuasi, jenazah Ajay dibawa ke RSUD Leuwiliang untuk keperluan otopsi. Rusaknya jenazah membuat tim forensik kesulitan untuk menentukan identitas Ajay. Baru setelah tiga jam diotopsi, tim forensik RSUD Leuwiliang meyakini kalau jenazah tersebut adalah Ajay.

Namun, keputusan tersebut sempat ditolak keluarga Ajay. Pasalnya, keluarga tidak yakin kalau jasad tersebut adalah Ajay, melainkan jenazah Zahra Zalyanti.

“Keputusan otentik dari RSUD Leuwiliang menyebutkan bahwa jasad tersebut merupakan jenazah Nur Fajar Maulinda,” ungkap Ketua RW 02, Desa Cibanteng, Abidin, kepada Radar Bogor, kemarin.

Kendati belum sreg dengan keputusan tim forensik, keluarga Ajay tetap melangsungkan pemakaman. “Saya yakin itu bukan anak saya. Kalau badan sama muka mah wajar udah berubah. Tapi tinggi sama rambut mah beda. Anak saya rambutnya panjang, tapi yang dikubur tadi kok pendek,” ungkap ibu kandung Nur Fajar Maulinda, Wiwi Winarti (35) didampingi sang suami, Kosasih (43), kemarin.

Kendati timbul pro dan kontra mengenai identitas jenazah, proses pemakaman tetap dijalankan sekitar pukul 12:00. Jenazah yang diyakini adalah Nur Fajar Maulinda itu dimakamkan di TPU Kampung Pabuaran, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea.

Kemudian, sekitar pukul 12:00, Tim SAR Gabungan kembali berhasil menemukan satu jasad korban lainnya di sekitar Jembatan Rancabungur, Desa Rancabungur, Kecamatan Rancabungur, atau sekitar 3,5 kilometer dari lokasi awal. Setelah diidentifikasi, jasad tersebut diyakini adalah Reska Lismanda. Saat ditemukan pertama kali oleh anggota Tim SAR, Reska yang berbalut kaus kuning ditutup sweater berbahan jeans dengan kondisi tubuh sudah membengkak. Selain itu, petugas menemukan luka menganga di bagian kepala, dan di bagian bibir juga terlihat bekas luka dan darah. Selanjutnya, petugas membawa jenazah korban ke RSUD Leuwiliang untuk keperluan otopsi.

Jasad Eka sebenarnya juga menuai kontra dari pihak keluarga. “Saya yakin itu bukan adik saya, makanya saya telepon ibu dan bapak saya,” ungkap kakak kandung Eka, Siska (22) saat ditemui di RSUD Leuwiliang, kemarin.

Hal senada diungkapkan kedua orangtua kandung Reska Maulinda. Mereka mengklaim bahwa itu bukan anaknya. “Itu bukan anak saya. Pakaian yang dipakai bukan itu,” ungkap ibu kandung Reska, Siti Aminah (40) didampingi sang suami, Sulaeman (47).

Titik terang akhirnya diperoleh. Sekitar pukul 15:30, dari identifikasi jenazah, ditemukan adanya gelang perak di tangan jasad yang diyakini dipakai Reska. Akhirnya, pihak keluarga yang semula keukeuh menyangkal, berubah yakin bahwa itu benar-benar jasad Eka. Prosesi pemakaman jenazah dilakukan sekitar pukul 16:00, dihadiri ratusan warga sekitar. Eka disemayamkan di TPU Kampung Pabuaran, Desa Cibanteng, Ciampea.

Dengan telah dikuburkannya dua jasad korban kemarin, tercatat sudah lima korban yang ditemukan dan disemayamkan. “Hasil pencarian hari ketiga, tim berhasil menemukan dua jasad lagi yaitu atas nama Nur Fajar Maulinda dan Reska Lismanda. Sementara, pencarian dihentikan dan besok kita lanjutkan lagi hingga kawasan Tangerang untuk mencari tiga jasad yang belum ketemu,” ungkap Koordinator Tim SAR, Budi Aksomo saat dikonfirmasi Radar Bogor, petang kemarin

Pencarian pada hari ketiga kemarin dilakukan dengan sistem yang sama seperti hari sebelumnya, yakni menyisir sungai secara manual. Hal ini tak lain disebabkan karena arus dan medan sungai yang cukup deras dan curam. Selain itu, di dalam sungai terdapat palung dan batu-batuan yang cukup terjal. Sementara, personel tim hanya berbekal perahu dan alat selam.

Tak jauh berbeda dengan pencarian hari kedua, Tim SAR Gabungan dari Badan Penang­gulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Basarnas, Tagana, PMI, Polmas, TNI, Polri, Damkar, berbagai ormas serta organisasi mahasiswa pecinta alam dan warga sekitar kembali menyisir Sungai Cihideung hingga muara Sungai Cisadane, yakni di sekitar kawasan Kabupaten Tangerang Selatan.

Jumlah personel yang terjun mengalami penambahan. Tidak kurang dari 500 anggota disebar dari Sungai Cihideung hingga muara Sungai Cisadane sejak pukul 08:00. “Hari ini kita menyisir Cisadane hingga ke wilayah Tangerang. Karena, tadi malam, satu jenazah kita temukan di sekitar Bendungan Pintu 10 Cisadane, Cikupa, Tangerang,” beber Budi Aksomo kepada Radar Bogor, kemarin. (yus/cr5/ful)
Baca Selanjutnya ...

Minggu, 19 Februari 2012

Pencarian Korban Jembatan Ciampea Dihentikan Sementara

Pencarian tujuh orang yang hanyut akibat ambruknya Jembatan Bambu Sungai Cihideung, Ciampea, Bogor, dihentikan sementara. Hal itu disebabkan karena cuaca buruk.

"Untuk sementara pencarian korban hilang sudah dihentikan, karena kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian," kata petugas piket Polsek Ciampea, Bripka Ateng, kepada detikcom, Minggu (19/2/2012).

Hingga saat ini, hasil pencarian menemukan satu korban tewas atas nama Umamah (35), warga kampung Pabuaran Rt 1 Rw 3 Desa Cibanteng, Ciampea. Jenazahnya dibawa ke RS Leuwiliang Bogor.

Tim SAR gabungan yang diturunkan pada pencarian ini sebanyak 98 orang. Mereka melakukan penyisiran dari tempat runtuhnya jembatan hingga 15 Km ke arah hilir.

"Pencarian akan dilanjutkan besok pagi," tutur Ateng.

Seperti diketahui jembatan bambu di Sungai Cihideung, Ciampea, Bogor, Jabar, ambruk pada pukul 10.00 WIB, Minggu (19/2/2012). 15 orang hanyut, satu orang tewas dan tujuh orang selamat. Sementara tujuh orang lainnya masih belum ditemukan.

Tujuh korban yang hanyut akibat ambruknya Jembatan Bambu Sungai Cihideung, Ciampea, Bogor, adalah anak-anak. Hingga saat ini, ketujuh korban tersebut belum ada yang ditemukan.

"Sebagian besar korban adalah anak-anak yang menyeberangi jembatan bambu," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam rilisnya kepada detikcom, Minggu (19/2/2012).

(fjp/fjp)
Baca Selanjutnya ...

Jembatan Ciampea Ambruk, 16 Orang Hanyut, Satu Tewas

Jembatan bambu di sungai Cihideung, Ciampea, Bogor, Jabar, ambruk saat dilintasi sejumlah orang. 16 orang yang hanyut, satu diantaraya tewas dan 7 selamat. Sementara 8 orang lainnya masih dicari.

Kanit Reskrim Polsek Ciampea AKP Dali Saputra menyatakan peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, Minggu (19/2/2012). Para korban baru saja pulang pengajian di Kampus Darmaga. Begitu jembatan ambruk, korban langsung terseret arus.
"Arus sungai memang deras, jadi korban langsung terseret," katanya kepada detikcom melalui telepon.

Korban tewas atas nama Umama. Tubuhnya lebam. Diperkirakan karena benturan benda keras. Jenasahnya dibawa ke RS Leuwiliang Bogor. Sementara, 7 korban yang selamat telah kembali ke rumahnya.

Dali menambahkan, saat ini pihaknya masih mencari 8 korban lainnya dengan dengan menggunakan beberapa perahu. Satuan Penanggulangan Bencana (Tagana) BPBD Bogor dan polisi menyisir sungai dalam radius 1 Km.

"Kemungkinan, jembatan tidak kuat menahan beban. Bahannya kan bambu," kata Dali menduga penyebab ambruknya jembatan tersebut.
Baca Selanjutnya ...

Berita Hari Ini

Product Radio

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [National Park]

Berita Bogor

BBCIndonesia.com | Utama

Teman Poskodal

 

Copyright © 2009 by Pos Komando Pengendali